Rabu, 18 Januari 2012

Benarkah Sivitas Akademika belum siap dengan iTS eco-Campus?


Apa yang ada di benak Anda setelah mendengar kata iTS eco-campus?.Mungkin sebagian mahasiswa iTS beranggapan bahwa ruang kelas di iTS akan tidak memakai Air Conditioner atau AC. "Wah! pasti panas sekali, yang pengennya ngadem di kelas tapi malah kepanasan" ungkap salah satu mahasiswa iTS.  Jawaban ini mengindikasikan karakter mahasiswa yang "belum siap" dengan program eco-Campus di ITS, lalu apa yang menjadi masalah dalam program eco Campus?


More... Menurut Badan Lingkungan Hidup (BLH) Surabaya (2011), eco-campus didefinisikan sebagai kampus yang telah peduli dan berbudaya lingkungan dan telah melakukan pengelolaan lingkungan secara sistematis dan berkesinambungan. Eco-campus merupakan refleksi dari keterlibatan seluruh civitas akademika yang berada dalam lingkungan kampus agar selalu memperhatikan aspek kesehatan dan lingkungan di sekitarnya.
More...
Salah satu program iTS eco-Campus yang saya soroti adalah program efisiensi energi listrik. Hasil pengamatan saat berangkat kuliah ke Jurusan Teknik Kelautan yang saya melewati Jurusan Teknik Elektro dapatkan adalah melihat ruang kuliah kosong dengan keadaan AC menyala. Lebih parah lagi, ditambah pintu yang terbuka lebar. Subhanallah, batinku dalam hati.
Keadaan seperti ini belumlah menghilang dari pandangan mataku, saat menyusuri jalan menuju Teknik Mesin, Teknik Fisika, dan Teknik Kimia hal yang sama saya dapati adalah ruang kelas koson, terbuka dengan AC menyala.
Dalam benak saya terhera-heran, mengapa hal seperti ini bisa terjadi di kampus teknologi sekelas ITS ?. Sempat terlintas dipikiran bahwa mahasiswa ITS tidak mengerti apabila AC menyala ruangan harus dalam kondisi tertutup?. "Hmm tidak mungkin" jawabku. Dugaan saya mahasiswa iTS belum siap dengan program eco-Campus ini.
Selain program diatas, indikasi ketidaksiapan sivitas akademika ITS terlihat dari polusi yang dihasilkan dari masing-masing individu, yaitu masih banyaknya perokok di kalangan sivitas akademika ITS. Untuk kali ini saya dibuat terheran-heran lagi, mengapa demikian?. Mahasiswa yang menyebut dirinya memiliki intelektual cukup tinggi, namun masih mengkonsumsi rokok. Ironis sekali kalau saya bilang, saya yakin Anda mengerti akibat dari mengkonsumsi rokok dari segi kesehatan tubuh dan ekonomi. Apalagi mahasiswa (saya ulangi sekali lagi) yang menyebut dirinya memiliki intelektual cukup tinggi seharusnya sangat paham terhadap hal inidan mampu menghindari untuk mengkonsumsi rokok. Dari kalangan Dosen juga saya temukan demikian, banyaknya Dosen ITS yang merokok di kampus, bahkan saya menemudosen ITS yang merokok saat mengajar di kelas yang ber-AC. Subhananllah
Apabila Anda melihat gambar diatas, didapat salah satu indikator eco-Campus. Eco-Campus berarti bebas dari polusi, namun melihat realita di lapangan nampaknya ITS masih perlu berbenah untuk menjadi kampus yang benar-benar "eco-Campus.
Menurut saya perlu dilakukan sosialisasi dan pembentukan karakter eco-Campus pada sivitas akademika ITS. Sosialisasi yang ada masih kurang, salah satu cara sosialisasi adalah dengan peringatan/semboyan tertulis sehingga, perlu dibuat kalimat peringatan/larangan di masing-masing jurusan, politeknik, UPT dan lain-lain, misalnya: "dilarang merokok", "buanglah sampah pada tempatnya" dan kalimat lain yang dirasa perlu.
Program ITS eco-Campus yang sudah dijalankan salah satunya adalah Kegiatan Gugur Gunung (G2) yaitu berupa penanaman 1000 pohon dilakukan di lingkungan kampus untuk menghijaukan ITS oleh mahasiswa ITS. Event ini saya nilai sangat bagus, namun perawatan pohon yang ditanam masih kurang, terlihat di taman alumni banyak pohon yang layu, bahkan ada pohon yang kering dan mati.
oleh:
Arifta Yahya
Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan ITS Angkatan 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar