Senin, 13 Desember 2010

MENGAPA SAYA MEMILIH TEKNOLOGI KELAUTAN

MENGAPA SAYA MEMILIH TEKNOLOGI KELAUTAN


Latar Belakang

Indonesia adalah  negara kepulauan (archipelagic state) dengan 2/3nya adalah wilayah lautan, yang  dideklarasikan oleh Perdana Menteri Ir. Djoeanda pada 13 Desember 1957 dan butuh perjuangan yang gigih selama 25 tahun sebelum akhirnya diterima oleh  PBB pada 1982.
Melihat perjuangan pahlawan kita yang  tanpa kenal lelah memperjuangkan wilayah kedaulatan laut Nusantara, sepantasnya kita sebagai pewaris untuk menjaga, memelestarikan, mengembangkan potensi dan  memegang kendali secara penuh pemanfaatannya untuk kesejahteraan bangsa.


Namun bangsa kita seakan-akan tidak mampu untuk menjaga laut Nusantara dengan baik, belum lama ini beredar kabar di media massa yaitu penangkapan anggota KKP Indonesia oleh Malaysia saat sedang berpatroli untuk menjaga wilayah laut Nusantara. Banyak yang terheran-heran, mengapa bisa anggota patroli kita ditangkap saat sedang berpatroli wilayah laut Nusantara?, belum lagi keputusan pemerintah yang kurang tegas dengan mem-barter petugas KKP kita dengan pencuri ikan asal Malaysia yang tertangkap petugas kita. Berbagai kasus penyelundupan, perompakan, dan pelanggaran  wilayah oleh kapal asing yang melintas tanpa izin dan masih banyak aksi pencurian ikan di wilayah kedaulatan  kita yang belum terungkap. Semua  itu seakan menunjukkan ketidakmampuan kita menjaga laut Nusantara.
Laut yang sehurusnya kita jadikan tumpuan masa depan umat manusia, sudah tidak asing lagi di telinga kita bahwa dahulu nenek moyang kita adalah seorang pelaut. Nenek moyang kita sadar betul akan potensi laut kita, begitu banyak sumber daya alam yang belum dimaksimalkan potensinya untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. Sumber daya perikanan yang melimpah, sumber minyak dan gas, serta potensi-potensi lain yang masih belum di eksplorasi seperti pemanfaatan  arus, gelombang laut, perbedaan suhu, dll. sebagai  sumber energi yang terbarukan. Pemanfaatan laut tentunya membutuhkan ilmu dan teknologi kelautan, sehingga dibutuhkan Engineer  atau Insinyur yang mengerti dan memahami tentang ilmu dan teknologi kelautan. Engineer-engineer ini diharapkan bisa melakukan added value terhadap lautan  kita (yang luasnya  mencapai 5.8 juta kilometer persegi), sehingga lautan kita tidak hanya dinikmati keindahan alamnya saja, namun “potensi tidur” lautan kita bisa dimaksimalkan.
Dewasa ini potensi alam laut kita mulai dieksplorasi, misalnya saja  minyak dan gas, namun kenyataannya bahwa potensi kekayaan  alam  kita lebih banyak dinikmati oleh pihak asing.
Oleh karena itu dibutuhkan insinyur-insinyur pribumi untuk mengolah sumber daya laut kita dan diharapkan menjadi pemegang penuh kendali pemanfaatan sumber daya laut Nusantara.


Menagapa harus Teknologi Kelautan?

    Era reformasi saat ini perkembangan pembangunan infrastruktur terus digalakkan, tak heran mengapa hal ini terjadi, perkembangan teknlogi yang kian pesat mendukung gencarnyapembangunan di Indonesia. Misalnya saja pembangunan jalan tol, jembatan,  gedung-gedung bertingkat dll. Memang  baik pembangunan ini dilakukan, namun bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, pembangunan yang dilakukan hanya menekankan kepada infrastruktur yang berada pada wilayah darat saja. Sedangkan pembangunan yang bermatra keautan seakan “dianaktirkan”. Pembangunan bermatra kelautan ini penting dilaksanakan, misalnya pembangunan pelabuhan. Pelabuhan merupakan daerah inti dari perdagangan, kapal-kapal pengangkut barang baik ekspor-impor atupun antar daerah jelas membutuhkan pelabuhan sebagai tempat pemberangkatan maupun terminal pemberhentian. Pelabuhan biasanya menjadi tolak ukur suatu Negara dikatakan maju tau tidak, apabila pelabuhan sutu Negara maju dan berkembang pesat, maka dapat dikatakan Negara tersebut adalah Negara “maju”. Hal ini disebabkan peran pelabuaha sebagai pusat perdagangan seingga pelabuhan dapat dikatakan sebagai salah satu pengendali perekonomian suatu Negara. Oleh karena itu pembagunan bermatra kelautan harus segera dilaksanankan demi kesejahterakan bangsa.
    Pembangunan bermatra kelautan tentunya membutuhkan ilmu dan teknolgi kelautan, pengetahuan tentang kedua hal tersebut harus dimiliki oleh seorang engineer.
Pengetahuan itu dapa t diperoleh dari dunia pendidikan, seperti perkuliahan dan selain dunia pendidikan seperti pelatihan dll. Engineer atau insinyur merupakan pencipta nilai tambah (added value) yang mengubah bahan-bahan mentah menjadi barang dan jasa yang berguna dan dibutuhkan masyarakat. Ya, seorang insinyur sangat berjasa bagi kehidupan manusia, contohnya seorang insinyur menciptakan kapal laut, sehingga kapal laut tersebut berguna yaitu untuk mengangkut manusia dan/atau barang. Insinyur adalah profesi yang diperoleh melaului pendidikan tertentu (hingga tingkat sarjana) serta pengalaman yang penuh tanggung jawab
`    Sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan ITS, kita dituntut memahami ilmu yang berhubungan dengan Teknologi Kelautan seperti produksi bangunan lepas pantai, teknik pantai, teknik pelabuhan dll. Dengan menguasai ilmu tersebut kita sebagai mahasiswa dengan peran fungsinya sebagai agen perubahan (agent of change) dibutuhkan kontribusinya secara nyata untuk memanfaatkan sumber daya dan potensi yang ada di laut. Tidak dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Dan satu hal yang menjadi kebanggaan mahasiswa, mahasiswa memiliki semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan. Perubahan dalam hal ini menyangkut tentang teknologi kelautan, sisi kreatif mahasiswa diaharapkan menjadi modal bagi mahasiswa untuk mengembangkan sumber daya dan potensi yang ada di dalam laut untuk turut serta mensejahterakan bangsa dan Negara.
    Di zaman sekarang ini bangsa kita telah melupakan jati diri kita, bahwa dahulu nenek moyang kita adalah seorang pelaut, karena laut merupakan sumber kemakmuran bagi manusia.
Namun bangsa kita beralih dari bangsa bahari menjadi bangsa agraris, sebagian besar mata pencaharian didapat dari bercocok tanam. Yang dalam kata lain bangsa kita telah melupakan laut, dan beralih menempatkan darat sebagai pusat segalanya.
Akankah hal ini masih terus berlanjut dengan kenyataan kita selalu mengimpor minyak dan bahan pangan? Bukankah itu semua sudah tersedia di laut?
Sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan  mari kita merubah paradigma bangsa dengan  menempatkan lautan sebagai yang utama.
    Sebagai calon Insinyur Teknologi Kelautan tentunya kita membutuhkan “wadah” untuk membangun bahari Nusantara. Banyak perusahaan asing yang membutuhkan Sarjana dari Fakultas Teknologi Kelautan, diantaranya adalah:
Perusahaan Minyak dan Gas,  seperti TOTAL, BP, dll
Perusahaan Kapal, seperti PT.PAL, PT Jasa Marina Indah, Devonport Dockyard, dll.
Perusahaan Jasa Inspeksi, seperti BKI, LR, DKV dll.
Konsultan Perencanaan, seperti SAIPEM
PEMDA, PELINDO, dll
Contoh-contoh diatas hanyalah sebagian kecil dari yang, sebenarnya masih terdapat banyak perusahaan asing maupun dalam Negeri yang membuttuhkan Insinyur yang paham tentang Teknologi Kelautan. Maka pilihan teknologi kelautan ini sangatlah tepat, disamping prospeknya yang cerah karena salary yang tinggi, kita juga berguna bagi bangsa dan masyarakat luas, dan turut memajukan bahari Nusantara sebagai yang utama.

2 komentar: